Analisis Regresi
Spasial
1.
Metode Kuadrat Terkecil
Analisis
regresi merupakan analisis untuk mendapatkan hubungan dan model matematis
antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Hubungan antara satu variabel
terikat dengan satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan dalam model
regresi linier (Draper dan Smith, 1992). Secara umum hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan model sebagai berikut:
Jika dilakukan pengamatan sebanyak n, maka model persamaan regresi
linier berganda ke-i yaitu:
uji simultan merupakan suatu uji
statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan kedalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat
(Imam Ghozali, 2011). Hipotesis yang digunakan adalah
Apabila |F hitung|> F α(k,n-k-1) maka keputusannya tolak
Ho, artinya semua variabel independen (bebas) secara simultan atau keseluruhan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji signifikansi parsial merupakan suatu uji statistik t yang pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
2.
Matriks Keterkaitan Spasial (Spatial
Weight Matrices)
Spatial
Weight Matrices atau
Matriks Keterkaitan Spasial sering disebut juga matriks W, dimana pembentukan
matrik W tersebut dapat dilakukan dengan bebrapa pendekatan. Menurut Anselin, (Ratih,
2013) mengusulkan tiga pendekatan untuk mendefiniskan matriks W yaitu contiguity,
distance, dan general. Matriks W berdasarkan pendekatan contiguity
menyatakan bahwa interaksi spasial antar wilayah yang bertetangga, yaitu
interaksi yang memiliki persentuhan batas wilayah (common boundary).
Matriks W yang terbentuk selalu simetris dan diagonal utama selalu bernilai nol
seperti jika Wmn diberi nilai 1, maka Wmn bernilai 1 juga. Secara
umum terdapat beberapa tipe interaksi dalam penentuan matriks W yaitu Rook
countiguity, Bishop contiguity dan Queen contiguity. Berikut adalah
ilustrasi gambar pendekatan contiguity untuk matriks W.
Gambar 3.1 ilustrasi pendekatan
contiguity
a. Rook Countiguity merupakan persentuhan sisi wilayah satu dengan sisi wilayah yang lain
yang bertetangga. Seperti pada gambar 3.1 diatas, bahwa wilayah 1 bersentuhan
dengan wilayah 2 sehingga W12=1 dan yang lainnya atau pada wilayah 3
bersentuhan dengan wilayah 4 dan 5 sehingga W34, W35=1
dan yang lainnya bernilai 0.
b. Bishop Contiguity merupakan suatu persentuhan titik vertek wilayah satu dengan wilayah
yang lain. Seperti yang ada pada gambar ilustrasi diatas, dimana wilayah 2
bersentuhan dengan wilayah 3 sehingga W23=1 dan yang lainnya 0.
c. Queen Contiguity merupakan suatu persentuhan baik sisi maupun titik vertek wilayah satu
dengan wilayah yang lainnya yaitu gabungan antara pendekatan Rook Contiguity
dan Bishop Contiguity.
Berikut ini adalah matriks W yang merefleksikan Queen Countiguity
pada gambar 3.1 diatas.
Matriks Queen Contiguity atau Rook
Contiguity yang sudah diperoleh kemudian dibentuk kedalam bentuk matriks
normalitas. Matriks Normalitas merupakan matriks yang dari setiap barisnya
bernilai satu, sehingga matriks normalitas dari matriks Wqueen
tersebut antara lain sebagai berikut.
3.
Model Regresi Spasial
Regresi Spasial merupakan suatu metode dalam
memodelkan suatu data yang memiliki unsur spasial. Model umum regresi spasial
atau biasa disebut Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA) dalam
bentuk matriks (Lesage, 1999 dan Anselin, 2004) dapat disajikan sebagai
berikut:
Dari persamaan (9) dan (10) kemudian disubstitusikan, hasilnya anatara lain
sebagai berikut:
Berdasarkan
persamaan diatas dapat diambil atau dibentuk persamaan regresi spasial dalam
bentuk matrik (Anselin. 1988).
4.
Spatial Autoregresive Model (SAR)
Model Spatial Autoregresive adalah model regresi linier yang
pada peubah responnya terdapat korelasi spasial menurut (Anselin, 1988). Model
SAR merupakan model yang terbentuk dari kombinasi antara model regresi linier
sederhana dengan lag spasial variabel independen dengan menggunakan data cross
section. Model SAR terbentuk apabila nilai ρ≠1 dan l=0
Menurut (Anselin, 1988) berikut ini adalah model umum SAR.
5.
Efek Spasial
5.1
Spatial Heterogenity
Efek
heterogenitas adalah efek
yang menunjukkan adanya keragaman
antar lokasi. Jadi setiap
lokasi mempunyai struktur
dan parameter hubungan
yang berbeda. Pengujian efek
spasial dilakukan dengan
uji heterogenitas yaitu menggunakan uji Breusch-Pagan test (BP
test). Pembentukan model
yang dilakukan adalah
dengan menggunakan pendekatan titik. Regresi spasial pendekatan
titik yaitu Geographically Weighted
Regression (GWR), dimana rumus persamaan Geographically Weighted
Regression (GWR) adalah sebagai berikut:
5.2
Spatial Dependence
Dependensi
spasial terjadi akibat
adanya dependensi dalam
data wilayah. Spatial
dependence muncul berdasarkan hukum
Tobler I (1979)
yaitu segala sesuatu saling berhubungan dengan
hal yang lain
tetapi sesuatu yang
lebih dekat mempunyai pengaruh yang
besar. Penyelesaian yang digunakan
jika ada
efek dependensi spasial, adalah dengan pendekatan area.
Menurut (Anselin, 1988) menyatakan bahwa uji
yang digunakan untuk mengetahui spatial
dependence di dalam error suatu
model adalah dengan
menggunakan statistik Moran’s
I dan Langrange Multiplier
(LM).
1)
Moran’s I
Uji Moran’s I biasanya banyak digunakan dalam pengujian melihat autokorelasi
spasial yang dikembangkan dalam ilmu statistic oleh Morans’s pada tahun 1948
(Anselin, 1999). (clif, 1973 & Ord, 1981) menyajikan uji statistik Moran’s
I seperti fomulasi berikut ini
Apabila I>I0 maka nilai autokorelasi bernilai positif,
hali ini berarti pola data membentu kelompok. Apabila Apabila I=I0
tidak terdapat autokorelasi spasial sedangkan apabila Apabila I<I0 artinya
nilai autokorelas bersifat negative, hal ini berarti pola datanya
menyebar. Moran’s I scatterplot
adalah sebuah diagram
untuk melihat hubungan
antara nilai amatan pada
suatu lokasi (distandarisasi) dengan
rata-rata nilai amatan
dari lokasi-lokasi yang bertetanggan
dengan lokasi yang
bersangkutan Lee & Wong, (Ratih, 2013). Berikut adalah
pembagian kuadrannya menurut Perobelli & Haddad, (Ratih, 2013).
Gambar 3.2 ilustrasi scatter plot
Moran’s I
Kuadran I disebut High-High, menunjukkan
nilai observasi tinggi
dikelilingi oleh daerah yang mempunyai nilai observasi yang tinggi
berlawanan dengan Kuadran III disebut Low-Low, menunjukkan nilai observasi
rendah dikelilingi oleh daerah yang mempunyai
nilai observasi rendah.
Kuadran II disebut Low-High menunjukan nilai observasi rendah
dikelilingi oleh daerah
yang mempunyai nilai
observasi tinggi
berkebalikan dengan kuadran
IV disebut High-Low, menunjukkan
nilai observasi tinggi dikelilingi
oleh daerah yang
mempunyai nilai observasi
yang rendah menurut Kartika, (Ratih,
2013).
2)
Lagrange Multiplier (LM) Test
Efek spasial yaitu ketergantungan
spasial terjadi akibat adanya korelasi antara wilayah. Efek ketergantungan
spasial yaitu ketergantungan lag dan sisaan spasial dapat diuji dengan
menggunakan uji LM. Hasil yang diperoleh dari uji LM akan di jadikan dasar
dalam pembentukan model regrei spasial. Hipotesis yang digunakan pada uji LM
khususnya untuk model SAR adalah sebagai berikut:
Yang mana error ɛ adalah vector
sisaan dari model regresi klasik berukuran nx1, “tr” diperoleh dari model regresi klasik, dan σ2
adalah kuadrat tengah sisaan dari model regresi klasik, dengan “tr” menyatakan
operasi teras matriks yaitu penjumlahan elemen diagonal suatu matriks (Anselin,
2009). Keputusan tolak H0 dilakukan jika nilai statistika uji LM
lebih besar dari X2(2), dengan q adalah banyaknya
parameter spasial. Jika H0 ditolak maka model regresi spasial dibuat
dalam model SAR.
nice mbak
BalasHapus